Kita semua setuju bahwa Bob Marley adalah “Godfather” dari genre musik reggae. Dengan rambut gimbalnya yang khas dan senyuman yang lebar dan tidak lepas pula cara berpakaian yang terlihat sangat nyaman seolah olah ingin menyampaikan pesan kebebasan, perdamaian, dan keindahan alam, serta gaya hidup bohemian yang sering kita dengar pada hari ini sebagai gaya hidup Rastafaria.
Namun dibalik filosofi musik reggae yaitu bohemian dan perdamaian, ternyata musik reggae mempunyai sejarah yang cukup kelam dimana kurang lebih pada abad ke-16 para budak di jamaika yang bekerja di pabrik gula dan perkebunan mengalami penindasan, kerja paksa bahkan sampai ancaman dan penganiayaan oleh bangsa Spanyol dan Inggris, mereka para budak tersebut berusaha tetap mempertahankan kebudayaan dan tradisi mereka dengan mencoba mengisahkan kehidupan mereka melalui alunan musik yang sederhana namun selalu sarat dengan pesan yang mendalam.
Namun semenjak masa penjajahan itu sudah selesai, musik reggae terus dan semakin berkembang dan menjadi salah satu genre musik yang tidak bisa dianggap sebalah mata. Bahkan sampai ada istilah “Reggae Putih” dimana genre musik Reggae dimainkan oleh orang orang kulit putih seperti UB-40 dan The Police. Dengan fakta ini kita bisa melihat bahwa musik adalah bahasa yang dapat mempersatukan seluruh umat manusa tanpa membedakan warna kulit dan status sosial.
Selain orang kulit putih, negara Indonesia salah satu yang juga menyambut genre musik Reggae ini dengan seperti kita lihat sekarang banyak sekali para penggemar genre musik Reggae di Indonesia dan bermunculannya banyak band band maupun soloist Reggae di Indonesia seperti Coconuttreez, Ras Muhammad, Souljah hingga Shaggydog.